Blirian Sina Sanggar Seni Masyarakat Watublapi-Sikka
Maumere, FBC. Blirian Sina sebuah sanggar budaya lokal yang mempertunjukkan kesenian dalam bentuk tarian, nyanyian dan tenun ikat ikut memberikan kontribusi dalam meningkatkan sumber daya manusia dan perekonomian masyarakat setempat. Sanggar budaya Blirian Sina yang terletak di desa Watublapi, Kecamatan Hewokloang, Kabuten Sikka ini, didirikan pada tahun 1985.
Menurut ceritra, Sanggar ini awalnya diprakarsai oleh Ibu Yustina Nei (67) bersama almarhum suaminya yang merasa kesulitan dalam membiayai sekolah anak-anaknya. Bersama anak-anaknnya, ia mengelola hasil penjualan dari setiap produk kesenian di sanggar ini yang kemudian membagi 70 persen keuntungan kepada pengrajin dan sisanya dipakai untuk mengelola sanggar. Kegiatan ini kemudian berkembang menjadi sebuah sanggar budaya yang juga menampung hasil karya seni masyarakat setempat.
Tenun ikat merupakan karya seni yang paling menonjol di Sanggar Bliran Sina. Berbagai hasil tenun ditampilkan dengan motif yang mengapresiasikan adat istiadat dan kepercayaan di Kabupaten Sikka. Sebagai contoh motif Naga Lalang yang menggambarkan bentuk pulau Frores atau Nusa Nipa (pulau ular) yang dianggap mirip dengan ular naga. Ada juga motif Lian Lipa yang melambangkan kesuburan, motif Tokek atau Cecak yang dipercaya sebagai binatang keramat.
Kepada Floresbangkit.com, Yustina Nei menjelaskan bahwa hasil karya seni dari penduduk desa yang dipamerkan di sanggar budaya ini merupakan hasil karya seni yang masih menggunakan bahan dasar yang alami. Mulai dari benang dari kapas yang dipintal, sampai pewarnaan yang masih menggunakan bahan alami seperti daun pepaya, daun mangga,
dan daun dadap.
Proses pembuatan kain tenun membutuhkan waktu yang cukup lama sehingga harga kain ditentukan dari lamanya waktu pembuatan. Untuk kain dengan waktu pembuatan sampai 1 tahun dihargai Rp. 3.000.000, ada juga kain dengan waktu pembuatan 7 bulan dihargai Rp. 2.000.000.
Warga desa Watublapi mengharapkan dengan adanya Sanggar Blirian Sina, hasil karya seni mereka dapat dipasarkan kepada turis lokal maupun mancanegara sehingga dapat membantu mempertahankan budaya dan adat istiadat setempat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar